Bintang
Dinginnya malam menusuk
tulang. Langit terlihat hitam pekat tanpa ada satu pun cahaya bintang yang
menghiasinya. Hati ini mulai berfikir kemana hilangnya cahaya bintang di langit
yang begitu indah jika tampak? Angin bertiup manja menghembuskan dedaunan.
Suara hewan-hewan malam mulai berpadu saling bersahutan mulai menghiasi malam
yang sunyi ini. Namun, tetap tak ada bintang yang datang menghampiri malam yang
kesepian ini.
Aku duduk menatap kearah langit yang
gelap gulita. Hal yang sama selalu aku lakukaan setiap malamnya. Namun, malam
ini sangatlaah berbeda dari malaam-malam yang lalu. Entah mengapa malam ini aku
begitu merindukan kehadiran sosok bintang dalam pekatnya malam. Mataku tak
ubahnya menatap langit seakan terus berharap munculnya bintang diantaaranya.
Tak ku sangka air mataku mengalir jatuh menuruni pipiku yang semakin lama
semakin deras. Tak acuhnya aku membiarkan hal itu terjadi. Aku mulai merasakan
dinginnya malam yang sangat menusuk tulang. Aku tetap terdiam dan menangis
dalam naungan malam yang gelap.
Aku beranjak pergi dari tempatku
duduk dan berjalan menyusuri taman belakang rumahku. Berjalan sambil sesekali
menatap langit. Tak ada yang berbeda dari apa yang aku lihat sebelumnya. Aku
melihat bunga mawar putih yang aku rawat setiap hari. Kini mawar ini sedang
merekah dan mengeluarkan aroma yang begitu menenangkan jiwa. Aku berusaha
memetiknya. Namun, saat aku menyentuhnya durinya mengenai jariku. Sesaat darah
mulai mengalir dari jariku. Aku memperhatikannya sejenak, lalu aku memegang
batang bunga mawar yang penuh duri itu. Tak terelakkan, darah semakin banyak
keluar dari telapak tanganku. Telapak tanganku penuh luka, namun bunga mawar
putih itu berhasil aku petik.
“Aku akan berusaha memetik mawar
ini, meskipun bukan cuma tanganku yang luka nantinya”
Aku terus menggenggam mawar itu dan
berjalan menuju kamar. Mataku yang sedari tadi mengeluarkan air mata sudah
tidak bisa menahan rasa kantuk yang sangat kuat. Aku berbaring diatas ranjangku
sambil memandangi mawar yang aku petik tadi. Tak lama kemudian, mawar itu
terjatuh kelantai dan aku terlelap dalam tidurku.
***
Alarmku berbunyi keras. Aku
terbangun dari tidurku. Waktu menunjukkan pukul 06.00. Aku bergegas mandi dan
berangkat sekolah. Entah mengapa hari ini tidak seperti biasanya. Aku berhenti
di taman dekat rumahku. Duduk sebentar memasang headset ditelingaku sambil menunggu Azura temanku datang. Aku
memejamkan mata menghayati lagu yang sedang aku dengarkan.
“Hi Izuka, Ohayo…”
Azura membungkukkan badannya dan
melihatiku sangat dekat. Aku membuka mata dan tersenyum manis kearahnya.
“Ohayo Azura”
Azura duduk disebelahku. Aku melepas
headsetku dan bercengkrama bersama
Azura. Kami melakukan ini hampir disetiap pagi. Aku melihat jam tanganku. Waktu
menunjukkan pukul 07.00.
“Ayo kita taruhan. Siapa yang sampai
duluan disekolah akan mendapat bekal makan siang. Kalau aku menang aku makan
bekalmu. Begitu pun sebaliknya. Siap.. lari…”
Aku berlari meninggalkan Azura yang
mulai berlari dibelakangku. Aku berhenti ketika sampai gerbang. Azura
mendahuluiku berlari dengan cepat.
“Aku menang…., hosh hosh”
Aku tak menghiraukan kata-kata
Azura. Mataku hanya tertuju pada satu arah. Dihalaman sedang ada keributan. Aku
menarik tangan Azura dan beergegas berjalan menuju tempat terjadinya keributan.
Aku melepaskan tangan Azura dan menerobos masuk keributan. Ada dua orang anak
laki-laki yang sedang berkelahi aku bergegas melerai mereka. Mereka pun
akhirnya pergi meninggalkan tempat ini, dan orang-orang mulai beranjak. Namun,
aku melihat ada anak laki-laki yang melihatku dan tersenyum manis lalu ikut
pergi meninggalkan tempat ini.
“Wah…. Kamu hebat
Izuka…”
“Ayo ke kelas.
Kurasa sebentar lagi bel akan berbunyi”
Aku melangkah meninggalkan Azura yang kebingungan
melihatku. Selama pelajaran berlangsung entah mengapa aku terus memikirkan anak
laki-laki itu. Aku penasaran siapakah dia. Bel istirahat berbunyi. Azura
berlari riang kearahku.
“Izuka.., mana bekalmu?”
“Izuka.., mana bekalmu?”
“Iya deh iya”
Aku mengambil bekal makan siangku dan memberikannya pada
Azura.
“Ayo kita makan bersama. Aku makan punyamu kamu makan
punyaku”
“Ta…tapi kan…”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Azura menarik
tanganku dan membawaku ke taman belakang sekolah. Kami biasanya makan siang
disini, dibawah pohon yang rindang. Selain disini lumayan sepi, suasana disini
pun sangat enak.
“Ini makan”
Kata Azura sambil menyodorkan bekalnya kearahku.
“Tadi kan perjanjiannya yang menang bisa makan 2 bekal.
Makan saja, itu termasuk janji yang harus aku tepati”
“Yaudah gini aku ambil satu lauk dari bekalku, sisanya
kamu makan. Kan sama saja kedua bekal ini milikku. Jadi mau aku apakan terserah
aku kan?”
Jawab Azura tersenyum manis kearahku. Aku pun juga
tersenyum manis kearahnya.
“Mari makan…”
Kami bersulang sumpit dan langsung makan dengan lahapnya.
Aku selesai terlebih dahulu kemudian memasang headsetku lalu bersandar ke kursi. Aku menikmati hembusan angin
manja yang membelai rambutku secara perlahan dan mulaai memejamkan mata. Aku
benar-beenar menikmatinya.
“Hi Izuka, ayo kita kembali ke kelas
“Ya”
***
Bel pulang pun berbunyi. Aku
mengambil tasku dan segera pulang bersama Azura. Di perjalanan pulang aku
melihat anak laki-laki itu berjalan dengan temannya. Aku semakin penasaran
dengan anak laki-laki itu.
“Aku duluan Izuka. Sampai bertemu
besok. Konichiwa!”
“Hati-hati Azura. Konichiwa”
Bayangan Azura mulai menghilang
perlahan. Aku berjalan pelan menyusuri jalan. Aku menendang botol minuman yang
terjatuh dijalan. Tanpa aku sadari, botol minuman itu mengenai orang yang
sedang melintas didepanku.
“Hei, apakah kamu yang melempar
botol minuman ini?”
“Memangnya kenapa? Ada masalah?”
Tanyaku tak acuh
“Jelas saja ada masalah. Botolmu
mengenai kepalaku”
“Oh, maaf”
Aku menundukkan kepala dan pergi
menjauh. Orang itu terus berteriak kearahku. Aku tak megacuhkannya dan terus
berjalan pulang dengan wajah tanpa dosa.
“Aku pulang”
Teriakku begitu aku membuka pintu.
Saat itu juga aku melihat Oni-Chanbberdiri menatapku dengan senyum manisnya.
Aku langsung berlari kearahnya dan memeluk erat tubuhnya.
“Kakak, kapan pulangnya? Aku rindu
sekali denganmu Kakak”
“Izuka, kamu tambah besar saja ya.
Aku baru sampai tadi. Aku juga rindu kamu Izuka”
“Izuka
….., bantu ibu masak buat makan malam”
“Iya ibu.., Kakak tunggu dulu ya”
Aku tersenyum dan berlari menuju
kamarku. Setelah berganti pakaian aku
membantu ibuku menyiapkan makan malam. Aku sangat bahagia. Kebahagiaanku kali
ini melebihi apapun. Akhirnya aku melihat Kakak yang telah lama kuliah di luar
negeri.
Kami makan bersama dengan suasana yang
sangat berbeda dari sebelumnya. Biasanya Cuma aku dan ibu. Kini tambah dengan
Kakak. Setelah makan malam kami bersenda gurau diruang keluarga. Setelah
semuanya terlelap, aku pergi keluar dan seperti apa yang aku lakukan biasanya.
Duduk dengan menatap langit. Kali ini aku tersenyum ketika melihat cahaya
bintang menemani pekatnya malam. Meskipun hanya satu, tapi menurutku itu sangat
indah. Aku terus menatap langit, berharap bintang itu tak akan pernah
meninggalkanku lagi.
“Satu kelopak mawar telah aku dapatkan.
Dan aku akan tetap berusaha mendapatkan kelopak-kelopak mawar yang lain”
***
By : Rendyza Nancy
*Masih ada episode selanjutnya...
hahaha :D mohon di maklumi ya. Thank's :)
*Masih ada episode selanjutnya...
hahaha :D mohon di maklumi ya. Thank's :)